smart private

by Romi Satria Wahono

e-learning.gifMas Romi, kami ingin membangun e-Learning untuk sekolah kami, tapi kami tidak punya dana untuk membeli peralatan teleconference. Apa saja sih prasyarat sehingga bisa disebut sekolah kami telah menerapkan e-Learning? Mohon pencerahannya ya mas. Thanks. (Taufik, Purwokerto)

Berbarengan dengan booming e-Learning di sekolah dan kampus, banyak pertanyaan senada meskipun dengan narasi berbeda yang masuk ke mailbox atau YM saya tentang implementasi e-Learning. Intinya menanyakan seperti apa sih yang disebut e-Learning itu dan apa saja komponen yang harus dilengkapi untuk implementasi e-Learning. Mari kita kupas bersama makhluk menarik bernama e-Learning ini.

DEFINISI DAN KOMPONEN E-LEARNING

Kita mulai dari definisi. Istilah e-Learning atau eLearning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pakar yang menguraikan tentang definisi eLearning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Darin E. Hartley [Hartley, 2001] yang menyatakan:

eLearning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer lain.

LearnFrame.Com dalam Glossary of eLearning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa:

eLearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan komputer,maupun komputer standalone.

Definisi-definisi lain berserakan di buku-buku. Cara termudah dan tercepat melihat berbagai definisi e-Learning, ya lewat Google ;) Coba deh klik di sini. Untuk yang tertarik eksplorasi Google lebih jauh, jangan lupa untuk ikuti artikel saya tentang teknik pencarian di Google.

definee-learning.gif

Ok apa yang dapat kita simpulkan dari berbagai definisi diatas?

  1. Metode belajar mengajar baru yang menggunakan media jaringan komputer dan Internet
  2. Tersampaikannya bahan ajar (konten) melalui media elektronik. Otomatis bentuk bahan ajar juga dalam bentuk elektronik (digital).
  3. Adanya sistem dan aplikasi elektronik yang mendukung proses belajar mengajar

Kesimpulan definisi diatas ini yang sering saya gunakan untuk membuat bagan komponen e-Learning. Dengan kata lain, komponen yang membentuk e-Learning adalah:

  1. Infrastruktur e-Learning: Infrastruktur e-Learning dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk didalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference.

  2. Sistem dan Aplikasi e-Learning: Sistem perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem perangkat lunak tersebut sering disebut dengan Learning Management System (LMS). LMS banyak yang opensource sehingga bisa kita manfaatkan dengan mudah dan murah untuk dibangun di sekolah dan universitas kita.

  3. Konten e-Learning: Konten dan bahan ajar yang ada pada e-Learning system (Learning Management System). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa). Biasa disimpan dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh siswa kapanpun dan dimanapun. Depdiknas cukup aktif bergerak dengan membuat banyak kompetisi pembuatan multimedia pembelajaran. Pustekkom juga mengembangkan e-dukasi.net yang mem-free-kan multimedia pembelajaran untuk SMP, SMA dan SMK. Juga mari kita beri applaus ke pak Gatot (Biro PKLN) yang mulai memberikan insentif dan beasiswa untuk mahasiswa yang mengambil konsentrasi ke Game Technology yang arahnya untuk pendidikan. Ini langkah menarik untuk mempersiapkan perkembangan e-Learning dari sisi konten.

Sedangkan Actor yang ada dalam pelaksanakan e-Learning boleh dikatakan sama dengan proses belajar mengajar konvensional, yaitu perlu adanya guru (instruktur) yang membimbing, siswa yang menerima bahan ajar dan administrator yang mengelola administrasi dan proses belajar mengajar.

komponen-elearning.gif

Oh ya terminologi yang berhubungan dengan e-Learning sebenarnya banyak. Ada online learning, software learning, multimedia learning, computer based learning. Boleh dikatakan semua bisa diwakili oleh e-Learning, baik dalam perspektif umum (online learning, computer based learning) maupun dalam perspektif komponen e-Learning (multimedia learning sebagai komponen e-Learning content dan software learning sebagai komponen e-learning system).

Sedikit perlu kita garis bawahi untuk terminologi distance learning. Terminologi distance learning ini sejak dulu sudah ada, hanya dulu distribusi bahan ajar dan proses pembelajaran tidak menggunakan media elektronik, misalnya universitas terbuka yang dulu mengirimkan module pembelajaran lewat pos. Hanya, saat ini universitas yang menerapkan distance learning kebanyakan sudah menggunakan media elektronik untuk mendistribusikan bahan ajar dan proses belajar mengajar, dengan kata lain bisa saja distance learning masuk ke definisi e-Learning untuk kondisi ini. Tapi tidak menjadi masalah kalau open university yang ada di dunia ini tetap menggunakan term distance learning, karena mungkin sudah lebih lama dan terbiasa digunakan. Yang pasti secara kohesi terminologi, distance learning akan dekat dengan terminologi open university dan synchronous learning.

METODE PENYAMPAIAN E-LEARNING

Seperti kita lihat di atas, peralatan teleconference yang mahal itu posisinya ada di infrastruktur e-Learning (komponen pertama). Meskipun kalaupun tidak ada juga tidak masalah. Lho kok bisa? Ya karena peralatan teleconference akan mendukung e-Learning yang Synchronous tapi tidak untuk yang Asynchronous. Waduh apalagi nih?

Jadi metode penyampaian bahan ajar di e-Learning ada dua:

  1. synchronous-elearning.gifSynchrounous e-Learning: Guru dan siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara tempat berbeda. Nah peran teleconference ada di sini. Misalnya saya mahasiswa di Universitas Ujung Aspal mengikuti kuliah lewat teleconference dengan professor yang ada di Stanford University. Nah ini disebut dengan Synchronous e-Learning. Yang pasti perlu bandwidth besar dan biaya mahal. Jujur saja Indonesia belum siap di level ini, dalam sudut pandang kebutuhan maupun tingginya biaya. Tapi ada yang main hajar saja (tanpa study yang matang) mengimplementasikan synchronous e-Learning ini. Hasilnya peralatan teleconference yang sudah terlanjur dibeli mahal hanya digunakan untuk coffee morning, itupun 6 bulan sekali )

  2. asynchronous-elearning.gifAsynchronous e-Learning: Guru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas virtual), meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda. Nah disinilah diperlukan peranan sistem (aplikasi) e-Learning berupa Learning Management System dan content baik berbasis text atau multimedia. Sistem dan content tersedia dan online dalam 24 jam nonstop di Internet. Guru dan siswa bisa melakukan proses belajar mengajar dimanapun dan kapanpun. Tahapan implementasi e-Learning yang umum, Asynchronous e-Learning dimatangkan terlebih dahulu dan kemudian dikembangkan ke Synchronous e-Learning ketika kebutuhan itu datang.

STRATEGI IMPLEMENTASI DAN KEGAGALAN E-LEARNING

Kalau ditanya tentang strategi implementasi e-Learning, saya pikir ini parameternya terlalu banyak, tergantung kebutuhan, kultur institusi, ketersediaan dana dan berbagai faktor lain. IlmuKomputer.Com menerapkan strategi seperti apa yang saya tulis di artikel tentang model motivasi komunitas (Romi, 2007). Usulan saya sebagai konsultan e-Learning di beberapa perusahaan dan universitas tentang implementasi e-Learning biasanya berupa:

  • e-Learning harus didesain utk dapat memberikan nilai tambah secara formal (karier, insentif, dsb) dan nonformal (ilmu, skill teknis, dsb) untuk pengguna (pembelajar, instruktur, admin)
  • Pada masa sosialisasi terapkan blended eLearning untuk melatih behavior pengguna dalam e-life style (tidak langsung full e-Learning)
  • Project eLearning adalah institution initiative dan bukan hanya IT or HRD initiative
  • Jadikan pengguna sebagai peran utama (dukung aktualisasi diri pengguna), tidak hanya object semata

Perlu kita catat bersama bahwa kegagalan implementasi e-Learning kebanyakan bukan karena masalah tools, software atau infrastruktur. Tapi kebanyakan karena human factor, karena beratnya perubahan kultur kerja dan karena tidak adanya kemauan untuk knowledge sharing.

Dari sebuah studi tahun 2000 yang dilakukan oleh Forrester Group kepada 40 perusahaan besar menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja (lebih dari 68%) menolak untuk mengikuti pelatihan yang menggunakan konsep e-Learning. Ketika e-Learning itu diwajibkan kepada mereka 30% menolak untuk mengikuti [Dublin, 2003]. Sedangkan studi lain mengindikasikan bahwa dari orang-orang yang mendaftar untuk mengikuti e-Learning, 50-80% tidak pernah menyelesaikannya sampai akhir [Delio, 2000].

Paling tidak itu dulu, kita akan lanjutkan pembahasan kita dengan membangun sistem e-Learning dan pemilihan Learning Management System (LMS). Ikuti terus seri artikel ini )

REFERENSI:

  1. Glossary of e-Learning Terms, LearnFrame.Com, 2001
  2. Darin E. Hartley, Selling e-Learning, American Society for Training and Development, 2001
  3. Dublin, L. and Cross, J., Implementing eLearning: Getting the Most from Your Elearning Investment, the ASTD International Conference, May 2003.
  4. Michelle Delio, Report: Online Training ‘Boring’, Wired News, located at www.wired.com/news/business/0,1367,38504,00.html
  5. Romi Satria Wahono, Sistem eLearning Berbasis Model Motivasi Komunitas, Jurnal Teknodik No. 21/XI/TEKNODIK/AGUSTUS/2007, Agustus 2007

ttd-small.jpg

by;http://romisatriawahono.net

  • In: artikel
  • Comments Off on National Innovative Teacher Competition 2008

by Romi Satria Wahono

radioaktifitas.jpgSeperti yang telah saya ungkapkan di artikel 7 langkah membuat multimedia pembelajaran, target deadline lomba adalah faktor penting untuk menjaga kontinyuitas proses belajar kita dalam membuat multimedia pembelajaran. Satu ajang lomba telah merelease Call for Participants (CFP), yaitu National Innovative Teacher Competition 2008. Tahun 2007 kebetulan saya mendapat kesempatan untuk ikut menjadi juri di kompetisi ini. Tahun 2008 ini mudah-mudahan semakin banyak bapak-ibu guru yang berpartisipasi dengan mengirimkan produk-produk inovatif berhubungan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan multimedia untuk proses belajar mengajar. Bagi bapak dan ibu guru yang baru belajar, anggap saja event ini adalah proses belajar dan mencari pengalaman. Bagi yang sudah mahir, anggap bahwa event ini untuk menguji kemampuan dan peluang mengikuti kompetisi serupa di level internasional. Syaratnya apa saja, kapan deadline-nya?

Berbeda dengan komba tahun 2007 yang menyediakan dua kategori, yaitu untuk guru dan calon guru, tahun 2008 ini lomba khusus diperuntukkan untuk guru SD, SMP, SMA dan yang sederajat. Perlu dicatat bahwa tidak hanya produk multimedia pembelajaran yang dinilai, tapi bapak dan ibu guru juga diminta menyampaikan laporan penelitian tindakan kelas (PTK) yang membuktikan keunggulan dan kelemahan metode kreatif dan inovatif berbasis teknologi informasi dan multimedia tersebut. Lengkapnya ada lima aspek yang dinilai dalam lomba ini:

  1. Implementasi materi pembelajaran berbasis multimedia (teknologi informasi dan komunikasi) secara nyata di kelas
  2. Kadar manfaat materi untuk peningkatan hasil belajar siswa dapat diungkapkan dengan jelas dan terukur
  3. Kreatifitas, orisinalitas, serta akan lebih baik jika mampu bersifat edutaintment (education – entertainment)
  4. Kesesuaian dengan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
  5. Kemampuan penyampaian / presentasi proposal dan/atau materi pembelajaran yang fokus pada sasaran dan mudah dipahami

Tolong dicatat bahwa pemenang tahun sebelumnya tidak diperkenankan untuk mengikuti lomba lagi tahun ini. Syarat peserta lomba secara lengkap adalah:

  1. Guru (SD/MI, SMP/MTs atau SMA/MA/SMK), baik sekolah negeri maupun swasta di seluruh daerah di Indonesia
  2. Warga negara Indonesia (WNI) dan bukan anggota panitia/penyelenggara kompetisi
  3. Belum pernah menjadi juara / pemenang pada kompetisi sebelumnya
  4. Tiap peserta hanya diperkenankan mengirim 1 (satu) buah proposal / hasil karya
  5. Peserta tidak dipungut biaya apapun selama proses penjurian / kompetisi berlangsung

Bagaimana bapak dan ibu guru sekalian, tertarik mengikuti lomba? Mohon ikuti prosedur pengiriman karya di bawah:

  1. Kirimkan 2 (dua) buah CD-ROM yang masing-masing berisi:
    1. Folder “proposal” dengan isi:
      • Kartu identitas guru yang masih aktif yang di-scanned
      • Surat Rekomendasi dari Sekolah (format bebas) yang di-scanned
      • Dokumen proposal / laporan dengan berupa .doc atau .rtf sesuai template format
    2. Folder “materi” dengan isi:
      • Materi/program berbasis TIK / multimedia yang digunakan untuk proses belajar-mengajar di kela
      • Pedoman/petunjuk penggunaan materi/program (apabila ada)
      • Dokumen lainnya yang diperlukan atau terkait (apabila ada)
  2. Template format proposal / laporan dapat di-download di sini
  3. 2 (dua) buah CD-ROM tersebut, dikirimkan langsung via pos tercatat ke:

Panitia National Innovative Teacher Competition 2008
Agranet Multicitra Siberkom (up: Tina Arvianh)
Aldevco Octagon Building Lt.5
Jl. Warung Jati Barat Raya No.75
Jakarta 12740

Jangan lupa catat deadline pengiriman karya adalah 6 21 April 2008 (cap pos). Ada perpanjangan deadline pengiriman karya, yaitu sampai tanggal 21 april 2008

Memang agak mepet, tapi mudah-mudahan banyak yang bisa berpartisipasi di lomba ini. Hadiah laptop untuk 3 karya terbaik dan kamera digital untuk 7 karya dibawahnya sudah menunggu. Para semi-finalis juga akan mendapatkan workshop gratis tentang pengayaaan materi dan wawasan tentang multimedia pembelajaran interaktif selama 3 hari. Adapun 3 pemenang terbaik juga berkesempatan mendapatkan peluang untuk mengikuti International Innovative Teacher Competition di luar negeri.

Kompetisi ini diselenggarakan hasil kerjasama Detikinet.Com, IlmuKomputer.Com, Zyrex dan Microsoft Indonesia. Press release resmi dari Detik.Com bisa dilihat dari link ini.

Kami tunggu karya bapak ibu guru sekalian. Selamat berdjoeang!

ttd-small.jpg

By ; http://romisatriawahono.net

Pilih Belajar Kelompok atau Bimbingan Belajar?

Mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional, parasiswa pun perlu memperdalam penguasaan materi pelajaran.

Ujian nasional makin mendekat. Kamu-kamu yang duduk di bangku kelas 3, tentu perlu mempersiapkan diri siap menghadapinya, kan? Seperti yang kamu sudah sadari, persiapan ini penting karena akan menentukan perjalanan pendidikan kamu di masa depan. Tentu kamu akan berpacu dengan lebih giat belajar. Tujuannya, jelas, tidak sekadar ingin lulus ujian, tapi juga meraih nilai terbaik.

Nah, ada pepatah yang mengatakan ‘banyak jalan menuju Roma’. Banyak cara yang dapat kamu lakukan untuk bisa lulus ujian dan memperoleh nilai memuaskan. Kamu bisa menempuhnya dengan mengikuti bimbingan belajar (bimbel), bisa pula dengan cara belajar berkelompok. Apa kelebihan dan kekurangan belajar berkelompok? Bagaimana pula dengan ikut bimbel?

Bermain
Ada yang beranggapan, belajar kelompok kerap tidak efektif. Waktu lebih banyak digunakan dengan bercanda dan bermain, sehingga waktu belajarnya menjadi terbatas. Anggapan seperti diutarakan oleh Takdir, siswa kelas 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bunda Kandung, Jakarta.

Menurut dia, belajar kelompok kurang efektif karena biasanya kebanyakan ngobrol-nya daripada belajarnya. Maklum, menurut dia, anggota kelompok selain sebaya, juga teman-teman sendiri. ”Jadi, biasanya lebih banyak main-mainnya,” kata Takdir.

Hal senada dikemukakan Akbar, seorang siswa SMA lainnya di bilangan Jakarta Selatan. Akbar mengatakan belajar kelompok kadang-kadang menjadi kurang efektif karena lebih banyak waktu yang terbuang dengan bercanda. Bahan candaan, biasanya mengulangi candaan yang biasa dilakukan saat di sekolah.

Apa yang dirasakan Takdir dan Akbar, berbeda dengan yang dialami oleh Muhammad Maulana Faqih. Bagi siswa kelas 3 Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 62 Jakarta ini, belajar kelompok menjadi efektif untuk lebih mudah memahami pelajaran. ”Karena belajarnya sesama teman, jadi tidak tegang,” tuturnya.

Terhadap anggapan bahwa belajar kelompok lebih banyak bermainnya, Faqih tidak menyangkalinya. Dia mengakui di dalam belajar kelompok, bercanda dan bermain dengan anggota kelompok tidak bisa dihindari. Namanya juga sesama teman, itu menjadi hal yang lumrah. Namun, menurut dia, unsur bermain dan bercanda dalam belajar kelompok masih bisa diatasi. Yang penting, ada pengendalian diri dari semua anggota kelompok. ”Biasanya ada salah satu yang mengingatkan untuk kembali belajar,” tuturnya.

Biasanya, kata Faqih, belajar kelompok diikuti sekitar 10 orang. Tempat belajar dilakukan di rumah salah seorang teman. Tempat itu biasanya tidak tetap, melainkan berpindah dari satu rumah ke rumah teman yang lain. Jadi, tergantung kesepakatan. Dalam belajar kelompok, siswa yang mahir pada satu pelajaran diminta menjadi pengajar.

Bagaimana dengan bimbel? Menurut Faqih, Takdir, dan Akbar bimbel bisa lebih bagus dari belajar kelompok. Karena harus bayar biaya bimbel, maka, belajarnya juag menjadi serius. Karenanya, kata Faqih, ”Belajar kelompok lebih murah.”

Takdir mengakui cara belajar dalam bimbel dapat mempercepat memahami pelajaran dan menjawab soal-soal. Meski belum ikut bimbel, namun dia mengatakan, ”Cara mengajar dalam bimbel lebih bagus, sehingga pelajaran cepat dimengerti.”

Seperti juga Takdir, Akbar pun mengatakan ikut bimbel dapat memperlancar dalam menyelesaikan soal-soal pelajaran. Hanya, Akbar pun belum berniat ikut bimbel karena keterbatasan dana. Akbar, agaknya, lebih realistis. Ia berusaha memahami keterbatasan kemampuan orangtuanya.

Pendalaman materi
Toh, tidak ikut bimbel bukan berarti tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian nasional. Sebagaimana lazimnya, para siswa yang duduk di kelas akhir selalu mendapatkan tambahan pelajaran di sekolah. Yakni, dengan pendalaman materi pelajaran, baik yang diberikan oleh guru di sekolah maupun dengan mendatangkan pengajar dari luar sekolah.

Di SMK Bunda Kandung, misalnya. Di sekolah ini, kata Takdir, diselenggarakan pendalaman materi untuk pelajaran-pelajaran yang akan diujikan dalam ujian nasional. Pendalaman materi diberikan khusus untuk siswa kelas 3. ”Gratis,” ucapnya.

Selain itu, kata Takdir, masih ada tambahan pendalaman materi pelajaran di luar sekolah. Kebetulan, lanjut Takdir, sekolahnya memperoleh penghargaan dari sebuah perguruan tinggi sehingga anak didik di sekolah ini diberikan kesempatan mengikuti pendalaman materi dua kali sepekan di kampus perguruan tinggi tersebut.

Pendalaman di luar sekolah, kata dia, lebih mempertajam pendalaman yang dilakukan di sekolah. Pendalaman materi diberikan oleh mahasiswa di perguruan tinggi itu. ”Karena sekolah kita dapat penghargaan, jadi pendalamannya gratis,” tuturnya.

Hal serupa juga dilakukan di SMAN 62. Pendalaman materi, kata Faqih, diberikan oleh guru, diselenggarakan tiga sekali seminggu saat pulang sekolah. Tapi, cara ini dianggap kurang efektif karena diadakan seusai siswa mengikuti pelajaran di sekolah.

Mungkin karena itulah, para siswa yang duduk di kelas akhir seperti Faqih, Takdir, dan Akbar masih merasa perlu lebih memperdalam lagi dengan belajar kelompok atau ikut bimbel untuk mempersiapkan diri mengikuti ujian nasional. n bur republikaonline

Jago Bahasa Inggris Berkat Nintendo DS
Fransiska Ari Wahyu – detikinet


Nintendo DS(ist)

Tokyo – Belajar jadi menyenangkan berkat kehadiran Nintendo DS. Itulah yang dirasakan siswa di sekolah menengah pertama Joshi Gakuen, Tokyo. Sekarang mereka jadi lebih semangat belajar bahasa Inggris, karena sekolah mereka mengusung Nintendo DS sebagai alat bantu belajar.

Para siswa menggunakan pena plastik untuk mengeja kata-kata, seperti “hamburger” di layar panel sentuh. Ketika siswa berhasil mengeja dengan benar, akan muncul kata “good” di layar dan bisa melanjutkan ke level berikutnya. Bagi lima siswa pertama yang sukses menyelesaikan latihan ini akan mendapat hadiah.
Read the rest of this entry »

  • In: artikel
  • Comments Off on pentingnya belajar bersama

hal yang paling menarik dari artikel ini adalah pertanyaan  apakah seseorang yang belajar dengan waktu yang sama tempat yang sama, akan mendapatkan ilmu yang sama walupun itu dilakukan sevcra secara mandiri atau kelompok? jawabannya adalah sebagai berikut!

jika seseorang memiliki kapasitas yang sama secara intlektual tentu saja hasilnya akan berbeda bila dia memilih untuk belajar mandiri atau kelompok. beberapa kendala jika seorang siswa memilih untuk belajar secara  mandiri

1. jika ada kebintuaan (saat itu”ketika dia belajar tidak mendapatkan solusinya)

2. cepat ngebetein

3. hanya melibatkan satu indra (mata)

4. spaneng (tidak bisa relax)

5. motif untuk segera menyelesaikan materi pelajaran secepatnya (disisilain hal ini menggangu konsentrasi)

lainhalnya jika siswa memutuskan untuk bergabung di lenmbaga bimbingan belajar, selain ada pendamping yang berkualitas siswa juga mendapatkan banyak teman di saat menyelesaikan materi pelajaran, dan tentu saja dalam belajar akan lebih banyak yang dingat karena melibatkan beberapa indra

1. mata (membaca materi)

2. peraba (bersingungan langsung dengan temen atau pengajar)

3. telinga (mendengarkan instruksi pengajar)

4. karena anak yang belajar tidak segera mengharapkan selesai mereka akan dapat lebih facus dan materipun dapat mudah dikuasai

5. ketika terdapat kendala bisa langsung diselesaikan di saat dia belajar. (moment individu mau belajar adalah lebih penting dari hitungan tahun orangyang belajar tappi dengan dipaksa.

  • In: artikel
  • Comments Off on Pendampingan dan motivasi

banyaknya pelajar yang gagal dalam menempuh ujian nasional lebih sering bukan diakibatkan dari faktor anak ansich aja. hal yang paling mempengaruhi adalah kondisi psikis anak dalam menghadapi ujian tersebut. karena tidak siap dalam menghadapi ujian tersebut dan takut gagal lah yang sebagian besar menjadikan mereka benar-benar gagal. tahun ini terdapat tidak kurang dari 25 ribu pelajar dari berbagai tingkatan yang dinyatakan tidak lullus dalam menempuh ujian akhir. jika kondisi ini tidak segera disadari oleh para orang tua dan praktisi pendidikan tentu saja tahun depan tidak lebih menghasilkan hal yang tidak berbeda.

adalanya lembaga bimbingan belajar dan jasa guru private jika dimanfaatkan oleh orang tua murid tentu saja adalah pilihan yang sangat tepat jika anaknya ingin menguasai mata pelajaran di sekolah dan sukses dalam menghadapai berbagai ujian di sekolahannya baik ujian reguler atau ujian nasional.

model pendampingan yang dilakukan oleh para praktisi BIMBEL memiliki kelebihan dan kepraktisan jika diterapkan dibandingkan yang di terima oleh murid dari sekolahan-sekolahan formal. pentingnya memotivasi murid dan menumbuhkan jiwa achievment dalam diri siswa adalah bagian dari teknik yang diberikan dalam model pendidikan BIMBEL. kesipan secara psykis bagi siswa menghadapi ujian adalah cara pertama yang harus ditanamkan

Jakarta, Kamis (19 Juni 2008) — Para peserta yang tidak lulus mengikuti Ujian Nasional (UN) 2008 dapat mengikuti UN pada 2009. Kesempatan ini diberikan bagi peserta ujian pada jenjang SMP/MTs maupun SMA/MA/SMK. Setelah terdaftar sebagai peserta UN 2009, mereka dapat mengikuti ujian pada salah satu atau beberapa mata pelajaran yang tidak lulus pada UN 2008.

“Kalau kompetensi siswa belum memenuhi standar kompetensi minimal belajar maka tahun depan ujian lagi. Lebih bagus memenuhi standar (kemudian) baru lulus,” kata Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Djaali, saat memberikan keterangan pers di Gerai Informasi dan Media Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Jakarta, Kamis (19/06/2008) .

Pada acara yang dipandu oleh Plt Kepala Pusat Informasi dan Humas Depdiknas M.Muhadjir hadir Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan (Ka Puspendik Balitbang) Depdiknas Burhanuddin Tolla dan Direktur Pendidikan Kesetaraan Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Depdiknas Ella Yulaelawati.

Read the rest of this entry »

Rabu, 04 Juni 2008

Menanggulangi Stres Menjelang Ujian Nasional

oleh: Jalaludin
Guru Bahasa Indonesia dan Pustakawan di SMPN 3 Bandung.

Ujian nasional (UN) sering kali dianggap sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam melaksanakan belajar secara tuntas di sekolah. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah keberhasilan siswa dalam belajar selama bersekolah hanya ditentukan oleh beberapa hari dalam ujian nasional? Kenyataan yang berkembang selama ini seolah-olah membenarkan pendapat tersebut. Hal tersebut, memunculkan perasaan yang meresahkan di kalangan siswa, orang tua bahkan para guru di sekolah yang bersangkutan.

Situasi seperti ini, adakalanya memunculkan perasaan tegang atau stres. Terutama terhadap diri siswa yang akan menjalani UN. UN sering kali dianggap sebagai ajang mempertaruhkan reputasi diri, selama siswa tersebut menimba ilmu sekian tahun di sekolah masing-masing. Dan yang paling mengkhawatirkan, munculnya fenomena penyimpangan stres yang terjadi terhadap siswa yang gagal dalam menempuh UN.

Kalau kita amati dengan saksama, fenomena penyimpangan stres di kalangan siswa, orang tua, dan para guru ketika menjelang dan sesudah ujian, harus menjadi bahan renungan dan evaluasi diri secara menyeluruh. Bagaimana tidak, hal-hal yang tidak diinginkan dan tak sepatutnya muncul menjadi penyimpangan perilaku, sebagai konvensasi dari tekanan yang dirasakan.

Fenomena-fenomena penyimpangan stres di kalangan siswa, orang tua dan para guru ketika menjelang dan sesudah ujian, antara lain:
– Siswa berbuat curang dengan cara mencontek
– Orang tua ada yang berani membeli bocoran soal dengan harga yang cukup tinggi
– Ada oknum guru yang menjadi tim sukses dengan menyediakan jawaban soal

Penyimpangan sesudah UN:
– Siswa yang tidak lulus menjadi minder
– Merusak gedung sekolah,
– Bunuh diri.

Stres dapat dialami oleh setiap orang, tidak mengenal usia, jenis kelamin, kedudukan maupun jabatan. Gejala-gejala stres mencakup mental, sosial dan fisik. Hal-hal ini meliputi kelelahan, kehilangan atau meningkatnya napsu makan, sakit kepala, sering menangis, sulit tidur dan tidur berlebihan. Menggunakan alkohol, narkoba, atau perilaku kompulsif lainnya sering merupakan indikasi-indikasi dari gelaja stres. Perasaan was-was, frustrasi, atau kelesuan dapat muncul bersamaan dengan stres.

Sebagian besar, perasaan stres atau tegang yang dialami oleh siswa ketika akan menghadapi ujian merupakan respons (reaksi) yang berupa perasaan tidak nyaman atau tertekan terhadap tuntutan, bahwa ujian nasional adalah penentu kelulusan. Dari beberapa siswa yang dijadikan sampel oleh penulis untuk dimintai pendapatnya mengenai masalah ini (stres menghadapi UN), penulis mencatat sebagian besar siswa mengalami ketegangan saat akan menghadapi ujian nasional dengan beberapa alasan sebagai berikut:

– Takut tidak lulus
– Takut soalnya susah
– Takut hasilnya tidak memuaskan walaupun lulus ujian
– Takut tidak bisa masuk sekolah favorit.
Penulis mencatat hanya sebagian kecil yang menganggap bahwa stres hanya akan menambah beban dan mengganggu konsentrasi belajar saat menghadapi ujian nanti.

Manajemen Stres
Stres atau tegang, kalau tidak diatur dengan baik dapat berpengaruh negatif terhadap kondisi fisik dan mental siswa itu sendiri. Tetapi, kalau dikelola dengan tepat, stres dapat menjadi energi positif sebagai pemacu semangat untuk meraih prestasi. Kalau kita tarik benang merahnya, maka akan muncul beberapa faktor yang menyebabkan stres atau ketegangan menghinggapi para siswa. Dari faktor yang muncul tersebut, kita bisa membuat solusinya penanggulangannya.

Apa yang dapat kita lakukan untuk mengatur stres tersebut? Strategi-strategi apa yang ada? Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan ketika stres itu muncul:

– Perhatikan lingkungan sekitar
– Belajarlah cara terbaik untuk merelaksasikan diri
– Tentukan tujuan yang realistis bagi diri sendiri
– Siapkan segala sesuatunya dengan tepat dan terencana
– Jangan membebani diri secara berlebihan
– Jangan mempermasalahkan hal-hal yang sepele
– Hindari reaksi yang berlebihan
– Berdoa dan memohon kemudahan dari Allah SWT
– Tidur secukupnya
– Cobalah untuk menjadi seseorang yang positif

Terlepas dari semua faktor stres yang timbul pada diri siswa, maka peran serta guru dan orang tua sebagai motivator dalam hal ini sangatlah penting. Guru harus mampu meluruskan persepsi siswa tentang ujian nasional. Dan, membekali siswa dengan pengetahuan yang cukup agar siswa merasa lebih siap menghadapi soal-soal yang akan diujiankan.

Sedangkan orang tua, harus mampu merespons kebutuhan anak terutama dalam hal motivasi baik secara fisik maupun mental. Jangan pernah membebani anak dengan tuntutan dan ancaman. Ciptakan suasana belajar yang menyenangkan di rumah sesuai dengan kebiasaan anak.

Bagi siswa itu sendiri, tanamkan pada diri Anda bahwa Anda dapat mengatasi segala sesuatu dengan baik daripada hanya memikirkan betapa buruknya segala sesuatu yang terjadi.

Stress sebenarnya dapat membantu ingatan, terutama pada ingatan jangka pendek dan tidak terlalu kompleks. Stress dapat menyebabkan peningkatan glukosa yang menuju otak, yang memberikan energi lebih pada neuron. Hal ini, sebaliknya, meningkatkan pembentukan dan pengembalian ingatan. Di sisi lain, jika stress terjadi secara terus-menerus, dapat menghambat pengiriman glukosa dan mengganggu ingatan.

bagus done